BAB 1
PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (Information & Communication Technology) dewasa ini terasa sangat cepat dan telah marasuk ke segala sendi-sendi kehidupan manusia. Teknologi Informasi dan Komunikasi juga telah membuka mata dunia, telah menjadikan dunia tanpa batas, tanpa dapat dibedakan antar ruang dan waktu. Sekarang semua orang telah menyadari bahwa Teknologi Informasi dan Konunikasi seperti internet telah dapat mengubah pola interaksi masyarakat baik interaksi bisnis, ekonomi, social, dan budaya. Hadirnya teknologi tersebut telah menunjang efektifitas dan efisiensi operasional perusahaan, terutama perananya sebagai sarana komunikasi, publikasi, serta sarana untuk mendapatkan berbagai informasi yang dibutuhkan oleh sebuah badan usaha dan bentuk badan usaha atau lembaga lainnya (Empy Effendi dkk, 2005).
Dunia pendidikan juga telah mengalami perubahan besar dalam aktifitasnya dengan dukungan pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dewasa ini. Interaksi antara lembaga pendidikan dan masyarakat, antara guru dan siswa, antara dosen dan mahasiswa, antara administrator dan mahasiswa lambat laun telah bergeser dari sebuah aktivitas konvensional yang mengharuskan antara keduanya saling bertemu dalam satu waktu dan dalam satu tempat, kini telah bergeser dimana seluruh aktivitas tersebut dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja melalui pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Program pengembangan ICT (Information and Communication Technology) untuk pendidikan telah dimulai secara simultan sejak tahun 1999 oleh Departemen Pendidian Nasional. Terdapat berbagai program yang telah dilaksanakan baik berupa pengembangan infrastruktur, pengembangan isi (content) maupun pengembangan Sumber Daya Manusia. Program pengembangan ICT bagi dunia pendidikan tersebut terus dilaksanakan sesuai dengan yang diamanahkan dalam Renstra Depdiknas 2005-2009 melalui tiga pilar kebijakan pendidikan nasional yaitu : 1) Meningkatkan pemerataan akses pendidikan; 2) Meningkatkan mutu, relevansi dan daya saing pendidikan nasional; 3) Meningkatkan pelayanan dan manajemen pendidikan yang transparan, akuntabel dan good governance (Depdiknas, 2005).
Adapun rencana pembangunan ICT (Information & Communication Technology) Pendidikan Nasional 2005-2009 meliputi : 1) Membangun infrastruktur dan konektifitas skala nasional; 2) Membangun ICT untuk proses belajar mengajar; 3) Meningkatkan kompetensi dan literasi ICT sumber daya manusia pendidikan; 4) Membangun ICT untuk mendukung manajemen pendidikan yang akuntabel dan good governance; 5) Membangun tata kelola ICT yang berkesinambungan. (Depdiknas, 2007).
Pembangunan infrastruktur dan konektifias sekala nasional dilaksanakan dengan memanfaatkan jaringan infrastruktur kabel serat optik, antena VSAT, wireless dan wireline. (Wicaksono dkk, 2007). Dari beberapa infrastruktur komunikasi tersebut keseluruhannya merupakan infrastruktur publik kecuali wireless yang dikembangkan untuk menghubungkan lembaga-lembaga pendidikan (sekolah) di satu wilayah Kabupaten atau Kota yaitu WAN (Wide Area Network) dengan memanfaatkan gelombang radio pada frekwensi 2,4 GHz.
Di wilayah Kabupaten Lumajang pengembangan infrastruktur ICT untuk pendidikan dilaksanakan dengan menggunakan infrastruktur publik wireline milik PT. Telkom dan wireless yang dikembangkan oleh ICT Center Lumajang (SMK Negeri 1 Lumajang). Berdasarkan data Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Lumajang pada tahun 2007 terdapat 583 Sekolah Dasar, 155 MI, 66 SLTP, 61 MTs, 24 SMA, 12 MA dan 12 SMK. (Dinas Pendidikan, 2007) Dari keseluruhan lembaga pendidikan (sekolah) tersebut hanya 20 sekolah yang telah memanfaatkan ICT melalui koneksi wireline dari PT. Telkom dengan produk speedy, dan 12 sekolah terkoneksi melalui wireless ke ICT Center SMK Negeri 1 Lumajang.
Dalam perkembangannya melalui bantuan dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah telah dibangun satu BTS (Base Transceiver Station) yang berlokasi di wilayah Kecamatan Tempeh dengan menghubungkan 5 sekolah, namun dikarenakan kurang cermat dalam pemilihan lokasi menyebabkan infrastruktur tersebut belum dapat berfungsi secara optimal.
Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa di Kabupaten Lumajang baru 5,3% sekolah yang telah memanfaatkan ICT, hal ini dikarenakan belum semua sekolah terjangkau oleh infrastruktur ICT baik yang publik maupun yang dikembangkan sendiri oleh Kantor Dinas Pendidikan. Infrastruktur wireless baru dapat melayani sekolah-sekolah yang berada di dua wilayah kecamatan, sementara infrastruktur publik milik PT Telkom juga belum dapat menjangkau seluruh wilayah Kabupaten Lumajang.
Sesuai dengan kondisi dan permasalahan yang ada maka apabila ingin membangun infrastruktur dan koneksitas seluruh lembaga pendidikan diperlukan suatu konsep pengembangan melalui pengkajian terhadap karakteristik sekolah, karakteristik wilayah dan juga pemilihan media yang paling efektif. Membangun infrastruktur jaringan komputer dalam suatu area kawasan membutuhkan kepiawaian tim perancangan untuk menetapkan media transmisi apa yang paling efektif untuk dipakai, misalnya dengan menggunakan kabel jaringan yang dipasang dengan perlindungan khusus, atau menggunakan fasilitas publik seperti jaringan telepon, atau menggunakan peralatan wireless. (Oetomo, 2003)
Diharapkan dengan penyusunan konsep yang tepat melalui pengelompokan sekolah (clustering) sesuai dengan kesamaan karakteristiknya maka setiap program pembangunan infrastruktur ICT untuk pendidikan di Kabupaten Lumajang dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien serta tidak terjadi tumpang tindih (overlap) pada setiap program pengembangan sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
1.2. Rumusan masalah
Rendahnya prosentase lembaga pendidikan (sekolah) yang memanfaatkan ICT (Information and Communication Technology), serta terjadinya tumpang tindih (overlap) program-program pengembangan disebabkan belum adanya konsep pengembangan infrastruktur ICT yang sesuai dengan karakteristik sekolah dan karakteristik wilayah.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merumuskan konsep pengembangan infrastruktur ICT untuk pendidikan yang sesuai dengan karakteristik sekolah dan karakteristik wilayah di Kabupaten Lumajang.
Adapun sasaran yang ingin dicapai adalah :
- Mengidentifikasi karakteristik infrastruktur ICT yang dapat dipergunakan untuk lembaga pendidikan (sekolah).
- Menilai karakteristik sekolah berdasarkan kondisi dan ketersediaan sarana pendukung ICT.
- Menilai karakteristik wilayah berdasarkan kondisi geografis dan tingkat aksesibilitas terhadap infrastruktur ICT.
- Melakukan pengelompokan (cluster) sekolah berdasarkan karakteristik sekolah dan karakteristik wilayah.
- Merumuskan konsep kebutuhan pengembangan untuk masing-masing cluster.
Secara teoritis penelitian ini akan memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi informasi dan komunikasi. Sedangkan secara praktis penelitian ini akan menjadi pedoman bagi peneliti dalam rangka pelaksanaan program pengembangan ICT (Information and Communication Technology) di lingkungan pendidikan, serta dapat menjadi bahan pertimbangan bagi Pemerintah Daerah (Dinas Pendidikan) dalam pembuatan kebijakan atau program yang berkaitan dengan ICT di lingkungan pendidikan.
1.5.1. Lingkup Wilayah
Lokasi penelitian adalah wilayah administratif Kabupaten Lumajang yang terdiri dari 21 Kecamatan dan 205 desa.
Gambar 1.1 : Peta Administrasi Kabupaten Lumajang
Dengan mempertimbangkan keterbatasan waktu serta sumber daya lainya, maka penelitian ini dibatasi pada lingkup materi sebagai berikut :
Sekolah yang akan diteliti adalah seluruh jenjang dan jenis yaitu SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA dan SMK Negeri di Kabupaten Lumajang dengan rincian SD sebanyak 583 lembaga, MI 158 lembaga, SMP 66 lembaga, MTs 61 lembaga, SMA sebanyak 24 lembaga, MA sebanyak 14 lembaga, dan SMK sebanyak 12 lembaga.
Karakteristik sekolah meliputi jenjang sekolah, sarana ICT (komputer dan perangkat lain).
Karakteristik wilayah meliputi kondisi geografis wilayah masing-masing kecamatan, jarak dari BTS terdekat, serta aksesibilitas terhadap infrastruktur ICT publik.
=====================
No comments:
Post a Comment